Monday, October 12, 2009

Take Me Out vs Take Him Out

Sekitar 2 bulan terakhir ini, keluarga saya terutama kakak saya, sangat menggemari sebuah acara yang dipandu oleh Choky Sitohang, yaitu "Take Me out" dan "Take Him out". Acara yang merupakan ajang mencari jodoh ini tak pernah terlewatkan oleh kami. Bahkan kakak saya sampai rela tidak mengikuti acara silaturahmi RT hanya demi acara ini. Selain itu temen2 di kantor juga mulai membicarakan acara ini.

Lalu saya mulai tertarik untuk menonton acara "Take Me out" dan "Take Him out". "Take me out" adalah untuk para cowok yang menginginkan mendapat pasangan dari 30 cewek yang ada di panggung, sedangkan "Take him out" diperuntukkan para cewek yang mencari pasangan dari 30 pria yang ada di panggung.

Tapi satu hal yang saya tahu dari acara ini adalah, para pesertanya mempunyai nyali yang cukup kuat. Para peserta acara ini dipastikan orang yang siap menerima resiko apapun. Mungkin hal ini bisa dianggap kelebihan. Atau bisa dibilang "nekad".

Seperti misalnya saja, pada acara "Take me out", ada seorang cowok yang bekerja sebagai pengusaha sebuah tempat makan, dia berumur 40 tahun, dengan wajah yang bisa dibilang pas-pas an. Lalu pada tahap baru memperkenalkan diri saja, semua lampu podium mati. Tidak ada satupun perempuan yang memilih dia. Dengan alasan wajahnya yang tidak menarik dan pekerjaanya tidak bermasa depan. Kebayang...betapa malunya pria itu. Karena dia pasti beranggapan bahwa seluruh dunia menolak dia.

Begitu juga ketika ada seorang koki yang mencoba ikut menjadi peserta, lalu tidak ada satupun perempuan yang memilihnya, hanya dengan alasan tinggi badan, koki tersebut terlalu pendek. Kebayang, apa yang akan dia katakan ke teman-temannya dan keluarganya setelah acara tersebut berakhir.

Lalu ke acara "Take Him Out", ini adalah acara yang menurut saya membutuhkan tingkat nyali dan keberanian yang cukup tinggi. Karena si "perempuan" yang menjadi objectnya. Bahkan menurut saya, ini adalah sebuah acara yang menentang hal-hal tabu menjadi biasa.

Saya pernah menonton seorang wanita, berprofesi sebagai penari, dan menurut saya dia lumayan cantik. Tapi apa yang terjadi? Baru perkenalan nama saja, semua pria sudah mematikan lampu. Lalu ada juga seorang wanita yang bertalenta, tetapi memiliki fisik yang agak besar alias gendut. Hasilnya, tidak ada 1 pria pun yang memilih dia, dengan berbagai macam alasan. Hmm... kalo saya yang ada di panggung itu dan sebagai wanita itu, maka saya pasti sangat malu. Saya akan merasa bahwa tidak ada satupun pria di dunia ini yang bisa menerima saya. Makanya, saya salut dengan perempuan2 yang berani tampil di acara "Take Him Out" karena mereka berani mengambil resiko terburuk.

Lalu yang terakhir dan yang menarik bagi saya adalah munculnya "Ustadz Cinta". Mungkin saya hanya bisa sedikit berkomentar, karena menurut saya ini merupakan legalisasi dari "pacaran". Mungkin kalo diambil dari segi positif adalah si "Ustadz" berda'wah melalui acara ini, tapi kalo dari segi negatifnya, si "Usatdz" memainkan ayat-ayat Tuhan untuk melegalkan sesuatu yang tidak diajarkan pada agama. Selain itu, si ustadz menggunakan ayat-ayat Tuhan untuk mencari uang dan bahkan memainkan ayat-ayat tersebut menjadi sebuah hiburan (entertainment).

Tapi, saya masih ingat kata-kata "ustadz cinta" pada sebuah episode dan menurut saya sedikit menarik. Menurut si "Ustadz", mencari jodoh itu didasarkan 4 hal, yaitu :
1. Iman dengan nilai : 1
2. Wajah/fisik dengan nilai : 0
3. Kekayaan dengan nilai : 0
4. Keturunan dengan nilai : 0

Jadi kalo kita memilih jodoh dari imannya doang, maka kita mendapat nilai 1.
Sedangkan kalo memilih jodoh dari fisik/wajah doang, maka kita mendapat nilai 0.
Lalu kalo kita memilih jodoh berdasarka iman dan fisik maka nilainya adalah : 1 ditambah 0 = 10
Jadi kalo memilih jodoh berdasarkan ke-4 faktor diatas, maka kita akan mendapatkan nilai sempurna yaitu 1000 (kayak nilai ujian CCNA aja :) )

Hmmm.... tapi mungkin anda punya persepsi dan cara pandang yang berbeda dengan saya :)

Thursday, September 3, 2009

Pelayanan Dept Store

Tadi pagi sebelum berangkat ke kantor, saya sempatkan mampir Dept Store di kawasan Thamrin untuk membeli sepatu. Hal ini karena sepatu "high heels" yang saya pakai sudah terasa tidak nyaman lagi.

Saat saya masuk, saya melihat macam2 obral discount untuk berbagai macam merk sepatu terkenal (branded merk). Lalu saya langsung focus ke sepatu merk "Yongki Komalandi" yang memberikan discount 50%.

Setelah memilih dan mencoba beberapa model sepatu, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil salah satu sepatu dengan model sedikit feminim tanpa high heels. Karena sepatu yang saya pegang tidak tercantum harga, maka saya menanyakan harga sepatu tersebut ke "penjaga" alias "asisten" counter Yongki. Kesan pertama menunjukkan adanya sikap yang kurang menyenangkan dari "asisten" tersebut. Saya sih masih maklum, karena mungkin saya yang malas membagi harga "Rp 199.000;" dikali 50%. Setelah itu saya minta di bungkuskan sepatu model dan warna seperti dalam etalase dengan ukuran 39.

Saya menunggu hampir 15 menit, dan "assisten" tersebut belum juga tampak batang hidungnya. Ditengah2 saya menunggu pesanan sepatu saya tadi, masuk lah 2 orang pembeli yang juga langsung memilih2 sepatu. 2 orang pembeli itu kelihatan jauh berbeda dengan saya. Mereka bergaya sangat modis. Dan yang mereka pilih bukanlah sepatu dengan obral discount (seperti saya), tetapi sepatu tanpa discount dengan model2 new entry. Saya taksir harga yang mereka pilih adalah sekitar Rp 300.000; sampai Rp 600.000;.

Setelah sekitar 20 menit, asisten Yongki muncul kembali dengan membawa sepatu pasangan sepatu yang di etalase, sambil mengatakan, "Tinggal ini aja mbak, ngga ada lagi sepatunya". Lalu dia melayani dua orang pembeli tadi.

Saya mencoba pasangan sepatu yang dia beri, dan ternyata.... olala..... warnanya berbeda dengan sepatu yang ada di etalase. Sepatu yang dietalase berwarna lebih cerah dari pada sepatu yang dia ambilkan. Lalu saya langsung mengkonfirmasi ke asisten tersebut, dan meminta ukuran yang lain, size 40. Tapi apa yang terjadi, asisten tersebut dengan ogah2 an bilang, "ngga ada yang lain, adanya cuma itu". Setelah itu dia pergi untuk mengambil pesanan dari 2 orang pembeli tadi.

Saya masih sabar menunggu, karena saya pikir saya bisa meminta model sepatu apa aja yang ada, asalkan ukurannya 39. Saya menunggu hampir 20 menit, sama lamanya seperti yang pertama.

Setelah 20 menit, asisten tersebut datang dengan membawa pesanan sepatu 2 orang pembeli tadi. Lalu saya bertanya langsung ke asisten tersebut untuk ukuran sepatu 39 dengan model yang mana saja, karena saya sudah pegal menggunakan sepatu saya yang high heels, selain itu juga nanggung, saya sudah menunggu lama dan sudah rela terlambat masuk kantor. Jadi saya berpikir untuk harus dapet sepatu.

Tapi apa yang terjadi, asisten tersebut bilang, "ngga ada yang lain, adanya cuma itu". Lalu dia malah dengan asyiknya melayani 2 orang pelanggan yang juga ujung2 nya meminta model sepatu lain. Padahal saya baru saja mencoba sepatu model lain dengan ukuran 39, dan sedang dipasang di etalase. Hmm...saya langsung menjadi malas untuk pergi ke tempat itu lagi. Apakah emang untuk para pelayan atau pegawai dept store dan Mall untuk lebih mengutamakan pembeli yang akan membeli barang2 harga mahal. Dan membiarkan atau mengabaikan pembeli yang akan membeli barang2 lebih murah. Lalu mana keramahan bangsa Indonesia yang dulu sering di agung2 kan??? Mana prinsip "Pembeli adalah Raja".

Sunday, August 23, 2009

Jalan-Jalan ke Ragunan (part-2)

Ternyata beban juga ya bikin tulisan bersambung :(... Harus mulai mengingat lagi apa yang mau disambungin... Tapi demi sahabat saya yang sekarang memutuskan pindah ke Ragunan (setelah survey ke Ragunan beberapa waktu lalu), akhirnya saya putuskan melanjutkan tulisan jalan2 ke Ragunan. Sekalian promosi Ragunan (mudah2 an menteri kebudayaan membaca blog saya :))

Lanjuuut ke suaka yang sebelah timur... yaitu binatang2 yang agak besar...
Kita mulai dengan tebak gambar, ini binatang apa ya????



















Gambar diatas bukan rekayasa, tapi dibikin dengan apa adanya....
Apakah teori Darwin benar???
Hmm...misteri...

Lalu kita liat... eyangnya buaya darat... yaitu om "kodomo" alias "komodo"



















Setelah puas liat komodo....kami menuju ke kandang Beruang Hitam Amerika...
Sepertinya beruang ini dari ras Negro, makanya item...
Sebelah beruang Hitam, ada keluarga landak. Mereka tinggal satu kompleks dengan beruang.










Ternyata ada juga bianatang yang bosan dan frustasi dengan dirinya....ini buktinya, beruang yang ingin jadi komodo....emang dunia panggung sandiwara.



















Katanya sih....sakit gigi itu lebih sakit daripada sakit hati... Betul ga om Beruang???




















Kenapa cuma aku yang dimasukkan kandang??? Kata monyet...bukan kata penulis :p



















Please deh...matiin kameranya....aye khan mau bo***. Lo juga monyet, jangan liat aye dong, lagio konsen neeeh :( (kate abang Beruang Bule)



















Segitu aja ya ceritanya.....
Otak penulis lagi buntu, nanti akan disambung dengan liputan Gajah dan Kancil.

Dan yang paling istimewa adalah, liputan di kandang Scumazer (Gorila)
Will be continue for the next report :)

Friday, July 24, 2009

Cat Story (part2)

Time was passed by.....
Ngga terasa oey, udah lama ngga memperhatikan diri. Sibuk dengan kegiatan ini itu yang ngga jelas atau emang sudah menjadi rutinitas ?

Kaget aja...waktu si "bos" mulai menggendong aku dan huppp..."berat ya bos!!!"
Astaga...Aku gendyuuuuuut!!!

Mulai ah..menata ulang hidup...olah raga lagi tiap pagi.

Main bola ama si"bos" jadi kebiasaan rutin.






Berpola makan dan hidup sehat. Serta sedikit "diet".

Ah....jadi malu waktu ngaca lagi....
Aku udah kurusan :p






Kucoba lagi topi,TK ku dulu....ow...ow...lucu nya akyu....
masih muat...udah kurus dong...:)







Aduuuh....ngga ngerti deh... just cat stories :)

Thursday, July 2, 2009

Mbah Surip...... Inspirasi atau Gambaran ?

Sebenernya sudah lama oey tidak menulis di blog ini, karena sok sibuk ini itu ^_^.

Awalnya sih merasa biasa saja waktu denger lagu "Tak gendong kemana-mana" dari mbah Surip. Dalam otakku sih cuma mikir kalo orang ini cuma nyari sensasi aja, make orang tua buat nyanyi lagu yang ngga ada maknanya. Bisa aja kaya Olga yang cuma nyanyi lagu dengan dua kata "hancur hatiku", dari awal lagu sampai akhir.
Tetapi pas iseng2 buka google dan searching beberapa blog, tanpa sengaja aku menemukan blog mbah Surip tentang biografinya.

Ternyata mbah Surip lelaki dari Mojokerto yang telah berumur 60 tahun ini merupakan orang yang hanya ingin
menikmati hari tuanya. Dia punya gelar Drs, Insinyur dan MBA, pernah menjalani profesi di bidang pengeboran minyak dan tambang berlian, bahkan dia telah keliling Kanada, Texas, Yordania, dan Kalifornia.

Foto mbah Surip saat muda





Hmmm.....hebat juga tuh orang. Jadi berfikir neh...tua nanti mau mengisi sisa hidup dengan apa yah?
Jadi penyanyi....suara ancur...hmm....guru aja kali yah , atau kepala sekolah nya aja deh :)